Senin, 04 Maret 2013

Karbondioksida dan pengaruhnya terhadap budidaya perikanan

KARBON DIOKSIDA (CO2)
Karbon dioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi dari ikan dan phytoplankton. Kadar CO2 lebih tinggi dari 10 ppm diketahui menunjukkan bersifat racun bagi ikan, beberapa bukti menunjukkan bahwa karbon dioksida berfungsi sebagai anestesi bagi ikan. Kadar karbon dioksida tinggi juga menunjukkan lingkungan air yang asam meskipun demikian karbon dioksida diperlukan dalam proses pem-buffer-an .
Apabila pH dalam suatu akuarium dikendalikan, terutama, oleh sistem pem-buffer-an karbonat, maka hubungan pH, KH dan CO2 terlaut akan merupakan hubungan yang tetap. Dengan demikian, salah satu dari parameter tersebut dapat diatur dengan mengatur parameter yang lain. Sebagai contoh nilai pH dapat diatur dengan mangatur KH atau kadar CO2. Suatu sistem CO2 injektor, misalnya, dapat digunakan untuk mengatur pH dengan cara mengatur injeksi CO2 sedemikian rupa apabila nilai pH nya mencapai nilai tertentu. Dalam hal ini KH dibuat tetap. CO2 digunakan oleh tanaman atau terdifusi ke atmosfer, akibatnya pH naik. Dengan sistem otomatis seperti disebutkan sebelumnya maka sistem injeksi CO2 akan berjalan sedemikian rupa disekitar nilai pH tertentu, untuk menjaga kadar CO2 yang memadai.
Tabel berikut menunjukkan hubungan antara kadar CO2 terlarut dalam air (ppm) dengan nilai KH dan pH. Secara umum dapat dikatakan bahwa CO2 terlarut dalam akuarium dengan kepadatan sedang akan berada pada selang 1-3 ppm. Untuk akuarium tanaman ph=6.9, KH=4 dan CO2 =15 ppm merupakan nilai yang ideal.

Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas.
Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering. CO2 adalah oksida asam. Larutan CO2 mengubah warna litmus dari biru menjadi merah muda.

Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan.
Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m³, kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium.

Pada suhu −78,51° C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut sebagai "es kering". Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai zat pendingin yang relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis adalah karbon dioksida langsung menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersihan sembur.


 11
2.4. Karbondioksida (CO)
Menurut Chia, (1989) Karbondioksida merupakan salah satu parameterkimia yang sangat menentukan dalam kegiatan budidaya ikan. Karbondioksidayang dianalisis dalam kegiatan budidaya adalah karbondioksida dalam bentuk gasyang terkandung di dalam air. Gas CO2 memegang peranan sebagai unsurmakanan bagi semua tumbuhan yang mempunyai chlorophil, baik tumbuh-tumbuhan renik maupun tumbuhan tingkat tinggi.Sumber gas CO2 didalam air adalah hasil pernafasan oleh binatang-binatang air dan tumbuh tumbuhan serta pembakaran bahan organik didalam airoleh jasad renik. Bagian air yang banyak mengandung CO2 adalah didasarperairan, karena ditempat itu terjadi proses pembakaran bahan organik yang cukupbanyak. Untuk kegiatan asimilasi bagi tumbuh-tumbuhan, jumlah CO2 haruscukup, tetapi bila jumlah CO2 melampaui batas akan kritis bagi kehidupanbinatang binatang air.CO2 yang digunakan oleh organisme dalam air, mula-mula adalah CO2bebas, bila yang bebas sudah habis, air akan melepaskan CO2 yang terikat dalambentuk Calsium bikarbonat maupun Magnesium bikarbonat (Ghufran, 2007).Gas karbondioksida yang disebut asam arang merupakan hasil buanganoleh semua makhluk hidup melalui proses pernapasan. Karbondioksidamerupakan salah satu komponen udara yang dihasilkan oleh proses respirasimaupun penguraian bahan organik. Pengaruh CO2terhadap ikan sangatdipengaruhi oleh konsentrasi O2terlarut diperairan tersebut. Jika konsentrasi O2berada pada tingkat maksimal, pengaruh gas CO2
dapat diabaikan (Fadiaz, 1992)

Karbondioksida memegang peranan penting sebagai unsur makanan bagisemua tumbuh-tumbuhan hijau yang mampu melakukan proses asimilasi. Sumberutama karbondioksida dari proses perombakan bahan-bahan organik oleh jasad- jasad renik dan proses pernapasan hewan serta tumbuh-tumbuhan dalam air padamalam hari. Kandungan karbondioksida dalam air untuk pemeliharaan ikan di airtenang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat banyak, melebihi daripada oksigen.Kandungan karbondioksida maksimum dalam air yang tepat adalah 25 ppm(Effendi, 2003).Karbondioksida memegang peranan yang penting sekali sebagai unsurmakanan untuk semua tumbuhan-tumbuhan hijau yang mampu berasimilasi, baik tumbuh-tumbuhan renik yang merupakan
 phytoplankton
dalam air maupuntumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Sumber utama dari gas CO2
adalah prosesperombakan bahan-bahan organik oleh jasad-jasad renik dan proses pernapasanhewan serta tumbuh-tumbuhan dalam air pada malam hari (Effendi, 2003).Bagi tumbuh-tumbuhan berdaun hijau, jumlah CO2harus tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Tetapi jika jumlah tersebut melampaui batas,akibatnya kehidupan hewan-hewan air akan mengalami saat kritis. Karena selainmempengaruhi pH, kadar CO2
yang terlampau tinggi dapat meracuni hewan airsecara langsung. Naiknya kadar karbondioksida selalu diiringi oleh turunnyakadar oksigen yang diperlukan bagi pernapasan hewan-hewan air. Dengandemikian walaupun CO2belum mencapai kadar tinggi yang mematikan, hewan-hewan air mati karena kekurangan oksigen (Hardjamulia, 1978)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar